Sebagai anak
seorang muslim, apakah yang kita lakukan / katakan terhadap orang tua kita
sudah sesuai dengan apa yang diajarkan oleh Rasulullah. Berikut ini rangkuman
dari buku karangan Drs. M. Thalib yang berjudul ” 20 Perilaku durhaka anak
terhadap orang tua” . semoga infomasi ini dapat menambah wawasan dan
memperbaiki perilaku kita terhadap setiap orang tua yang kita temui. #Amin
1. Berbicara dengan kata – kata kasar.
Tanda seseorang beradab adalah bertutur kata dengan
kata – kata yang halus karena hal itu menunjukkan bahwa orangnya berbudi dan
tahu kesopanan dan berjiwa halus. Terhadap orang yang lebih tua, seorang anak
harus menunjukkan
Dari Ibnu ‘Amr, dari Nabi SAW bersabda : “Keridlaan
ALLAH ada dalam keridlaan ayah bunda dan kemurkaan-Nya ada dalam kemurkaan
mereka ” (HR. Thabarani)
Kata – kata kasar dan ucapan yang merendahkan
terkadang berupa :
- Bersuara tinggi atau keras ketika kita berbicara terhadap orang yang lebih tua
- Menyuruh seseorang yang lebih tua dengan kata – kata yang kasar. Ex : meminta tolong tanpa mengatakan tolong “Bu, bukakan pintu”
- Menyindir
- Mengumpat
- Mengata – ngatai seseorang yang lebih tua layaknya mengatai seorang pembantu
- Membentak
2. Membuang muka
Membuang muka ketika berbicara dengan orang lain
merupakan perilaku yang merendahakan lawan bicara dan cerminan dari sifat
tinggi hati sang pendengar / pembicara yang memalingkan muka.
3. Duduk mendahului orang tua
Mendahulukan orang tua mengambil tempat duduk
adalah hak orang tua yang harus dijunjung tinggi oleh anak dimana pun orang tua
dan anak berada.
4. Menghardik
Menghardik berarti membentak atau melontarkan kata
– kata dengan nada suara yang keras. Menghardik dimaksudkan untuk menakut –
nakuti atau meluruskan sebuah kesalahan bila yang bersalah lebih muda dalam
umur dan statusnya.
5. Berkacak pinggang di depan orang tua
Orang beradab tinggi selalu bersikap rendah hati
terhadap orang lain. Salah satu tanda dari sikap tinggi hati adalah berkacak pinggang
di hadapan orang lain karena merasa dirinya lebih hebat daripada orang lain.
Berperasaan orang lain lebih rendah derajatnya atau hina daripada dirinya
adalah suatu perbuatan yg sangat tercela dan dimurkai oleh ALLAH. Contoh
merendahakan derajat orang lain adalah ” Saudara ini lulusan SD, apakah mungkin
saudara mengerti benar dan salah dari perkara yang ada” .
6. Membelakangi
Penjelasan sama dengan perilaku “membuaang muka”
7. Merendahkan
Merendahkan dalam artian memandang orang lain lebih
rendah derajatnya / kurang di mata kita. Merendahkan bisa berupa ucapan
maupun perbuatan. Contoh kasus anak yang merendahkan orang tua :
“Kalau tidak saya bantu setiap bulan, tentu ibu
bapak tidak bisa hidup”
Ucapan tersebut jelas – jelas merendahkan
martabat orang tua karena memang sudah menjadi tanggung jawab serorang anak
untuk membantu kehidupan ibu bapaknya.
8. Memaki
9. Mengingkari Nasab (garis keturunan)
Dari Sa’id bin Abu Waqqash, sesungguhnya Rasulullah
saw bersabda : “Barang siapa menisbatkan dirinya kepada orang lain yang bukan
bapaknya, padahal ia tahu bahwa orang itu bukan bapaknya, maka ia diharamkan
untuk memasuki surga” (HR Bukhari dan Muslim)” .
Nasab adalah Garis keturunan orang tua , anak,
dan keturunan yang lainnya. sedangkan yang dimaksud dengan mengingkari
Nasab adalah seseorang yang menolak dirinya sebagai keturunan dari orang
tuanya atau sebaliknya orang tua yang mengingkari anaknya sebagi keturunannya.
Seburuk apapun orang tua , sejahat apapun orang tua berprilaku terhadap anak ,
kita sebagi garis keturunannya tidak boleh sedikitpun mengingkari Nasab.
10. Mengubah wasiat orang tua
QS. Al – Baqarah (2) Ayat 181 :
فَمَنْ بَدَّلَهُ بَعْدَمَا سَمِعَهُ فَإِنَّمَا إِثْمُهُ عَلَى الَّذِينَ يُبَدِّلُونَهُ إِنَّ اللَّهَ سَمِيعٌ عَلِيمٌ
Maka barang siapa yang mengubah wasiat itu, setelah
ia mendengarnya, maka sesungguhnya dosanya adalah bagi orang-orang yang
mengubahnya. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.(QS. 2:181)
Wasiat adalah pesan yang diberikan oleh orang tua
atau seseorang semasa hidupnya untuk dilaksanakan oleh yang diberi pesan kelas
sepeninggal pemberi wasiat. Orang tua sering kali meninggalkan pesan – pesan
tertentu kepada anak dan keluarganya untuk kelak dilaksanakan oleh mereka
sepeninggalnya.
11. Mengenyampingkan kepentingan orang tua.
12. Mengambil Harta orang tua tanpa hak
13. Menghina agama orang tua
14. Tidak mau mengurus orang tua yang telah lanjut
usia
15. Melawan perintahnya
16. Pergi berjihad tanpa izin orang tua
17. Mendendam
18. Memasuki kamar pribadi orang tua pada 3 waktu
terlarang tanpa izin
Firman Allah dalam QS. An-Nur : 58 dan 59:
(58): “Hai orang-orang yang beriman, hendaklah
budak-budak (lelaki dan wanita) yang kamu miliki, dan orang-orang yang belum
baligh di antara kamu, meminta izin kepada kamu tiga kali (dalam satu hari),
yaitu: sebelum sembahyang subuh, ketika kamu menanggalkan pakaian (luar)-mu di
tengah hari, dan sesudah sembahyang Isya’. (Itulah) tiga ‘aurat bagi kamu[1].
Tidak ada dosa atasmu dan tidak (pula) atas mereka selain dari (tiga waktu)
itu[2]. Mereka melayani kamu, sebahagian kamu (ada keperluan) kepada sebahagian
(yang lain). Demikianlah Allah menjelaskan ayat-ayat bagi kamu. dan Allah Maha
mengetahui lagi Maha Bijaksana.”
19. Membiarkan orang tua menjadi budak
Budak adalah sesorang yang dimiliki oleh orang lain
laksana barang atau hewan yang kehilangan kebebasan atas dirinya dan tidak
mempunyai kemauan bebas, sehingga dia hanya menjadi alat bagi kepentingan
tuannya.
20. Membunuh
QS An – Nisaa’ 93 :
“Dan
barangsiapa membunuh seorang mukmin dengan sengaja, maka balasannya ialah
Jahannam. Ia kekal di dalamnya. Allah murka kepadanya, mengutukinya, dan
menyediakan adzab yang besar baginya.”
Kesalahan Orang Tua Adalah Penyebab Anak Durhaka
Banyak
faktor yang menjadi pemicu kedurhakaan seorang anak kepada orangtua. Namun jika
kita telaah dengan baik, faktor utamanya adalah kesalahan orangtua dalam
mendidik anak. Kesalahan tersebut bisa berupa kesalahan dalam menerapkan cara
yang digunakan; seperti terlalu banyak aturan atau sikap orangtua yang terlalu
keras dan kasar terhadap anak.
Sikap lemah
lembut dan kasih sayang adalah modal utama dan kunci keberhasilan orangtua
dalam mendidik anak. Inilah cara yang diajarkan Allah SWT kepada Rasulullah SAW
dalam mendidik umatnya. Allah berfirman:
“Maka
disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka.
Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan
diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi
mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila
kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya
Allah menyukai orang-orang yang bertawakal kepada-Nya.” (Ali Imran: 159).
“Dan barangsiapa
membunuh seorang mukmin dengan sengaja, maka balasannya ialah Jahannam. Ia
kekal di dalamnya. Allah murka kepadanya, mengutukinya, dan menyediakan adzab
yang besar baginya.”
Kesalahan Orang Tua Adalah Penyebab Anak Durhaka
Banyak
faktor yang menjadi pemicu kedurhakaan seorang anak kepada orangtua. Namun jika
kita telaah dengan baik, faktor utamanya adalah kesalahan orangtua dalam
mendidik anak. Kesalahan tersebut bisa berupa kesalahan dalam menerapkan cara
yang digunakan; seperti terlalu banyak aturan atau sikap orangtua yang terlalu
keras dan kasar terhadap anak.
Sikap lemah
lembut dan kasih sayang adalah modal utama dan kunci keberhasilan orangtua
dalam mendidik anak. Inilah cara yang diajarkan Allah SWT kepada Rasulullah SAW
dalam mendidik umatnya. Allah berfirman:
“Maka
disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka.
Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan
diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi
mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila
kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya
Allah menyukai orang-orang yang bertawakal kepada-Nya.” (Ali Imran: 159).
Dalam sebuah
riwayat disebutkan bahwa Rasulullah bersabda, “Kelembutan adalah hiasan bagi
segala sesuatu.” (HR. Muslim, bab Al-Birru).
Dari Ibnu
Umar disebutkan bahwa Rasulullah bersabda, “Sikap lemah-lembut dalam
kehidupan berumahtangga pasti menghasilkan manfaat bagi penghuninya.” (Shahih
Al-Jami’/1455)
Sikap lemah
lembut dalam mendidik anak merupakan faktor yang sangat mendukung keberhasilan
pendidikan anak. Orangtua selayaknya memahami bahwa anaknya bukanlah malaikat
yang tidak pernah berbuat salah, dan bukan pula setan yang tidak memiliki sisi
kebaikan.
Dalam
bukunya Nasha`ih li Al-Abaa` Qabla ‘Uquq Al-Abnaa`, Prof. Sa’ad Karim
menjelaskan, ketika seorang anak melakukan kesalahan, tidak selayaknya orangtua
langsung memberikan hukuman yang bert. Yang harus dilakukan oleh orangtua
adalah memberikan nasehat dan petunjuk, menjelaskan kesalahan sang anak dengan
cara yang bijak, sambil memberikan keterangan tentang perilaku dan sikap yang
benar. Setelah itu, memberikan bimbingan dan arahan.
Marwan bin
Abi Hafshah, dalam salah satu bait syairnya pernah menyatakan:
Janganlah
tergesa-gesa mencela sahabatmu
Siapa tahu
dia punya alasan
Sementara
kamu terlanjur mencelanya.
Salah
seorang ulama yang merupakan pakar sosiologi, Ibnu Khaldun, pernah mengingatkan
bahaya sikap keras dan kasar dalam pendidikan. Dia menjelaskan bahwa pendidikan
yang didasari oleh sikap kasar dan keras seringkali menghasilkan
manusia-manusia suka berbohong, munafik, dan memiliki kepribadian rapuh.
Ibnu Khaldun
melanjutkan, jika seorang guru atau pembimbing bersikap kasar dan keras, sikap
yang demikian seringkali mendorong anak didik menjadi pembohong dan suka
memperlihatkan sesuatu yang berbeda dengan apa yang tersimpan. Hal itu
dilakukan anak didik karena rasa takut terhadap sikap kasar dan keras sang
pembimbing. Jika dia telah mengetahui cara melepaskan diri dari hukuman (baik
dengan berbohong atau perilaku negatif lainnya), maka lama kelamaan sikap yang
demikian akan menjadi kebiasaannya.
Dengan
demikian, rusaklah potensi nilai-nilai kebaikan yang ada dalam dirinya. Jika
telah demikian, dia akan menyandarkan segala kebaikan atas usaha orang lain dan
hilanglah jiwa kemandirian dalam dirinya. Akhirnya, sang anak tumbuh menjadi
manusia yang malas dan tidak bersemangat dalam melakukan kebaikan.
Mengomentari
hal yang sama, Prof. Jamal Al-Kasyif menyatakan, “Seorang anak yang tumbuh
dalam situasi dan kondisi yang keras dan kasar akan mengalami perkembangan
mental tidak sehat. Pengaruh dan dampak buruknya bervariasi, bisa cepat bisa
juga lambat.”
Seorang anak
yang tumbuh dalam lingkungan yang penuh dengan kepercayaan, cinta, dan saling
pengertian, jarang sekali bersikap khianat atau melanggar janji. Dia akan
menjadikan kepercayaan sebagai sesuatu yang sangat penting dalam hidupnya. Dia
akan tumbuh menjadi manusia yang mengusung kepercayaan diri, berterus terang,
dan jujur.
Sebaliknya,
teman-temannya yang tumbuh dalam situasi dan kondisi kasar dan keras, penuh
dengan ketidakpercayaan dan keraguan akan tumbuh menjadi manusia pembohong,
munafik, suka berkhianat, dan bersikap curang.
Dalam
penjelasan selanjutnya, Ibnu Khaldun menekankan pentingnya peran orangtua,
guru, dan para pendidik untuk bersikap lemah lembut dan menjadikan kasih sayang
sebagai dasar dalam menerapkan pendidikan. Sikap yang demikian akan
menghasilkan buah manis di kemudian hari. Dalam penjelasannya, dia juga
mengatakan, “Seorang guru jangan bersikap keras terhadap anak didiknya dan
orangtua jangan bersikap kasar kepada anak-anaknya.” (Lebih lanjut lihat: Muqaddimah,
Ibnu Khaldun).
Pendidikan bukanlah sekadar rumus dan peraturan.
Namun lebih dari itu, pendidikan adalah seni. Oleh karena itu, orangtua
hendaknya mengetahui dasar-dasar pendidikan yang baik dan menerapkannya dengan
cara yang bijak, sesuai petunjuk Al-Qur’an dan As-Sunnah. Sehingga kelak akan
lahir generasi yang baik.