Selasa, 24 Februari 2015

Ciri-Ciri Anak yang Durhaka Pada Orang Tuanya Dan Sebab Orang Tua Punya Anak Durhaka

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg2zYkbLjpxB5oE2uka4iR8Y_x8IAUQ6hk1hZfOt1QWFyZDY2eb27ToQ4dqumHmqkk4c_PJBBje_Xmav7XM61LBy5FThTUJTZxeMQVKyLTUGHX622Db6C422VNH5_YHwSYy57aa2-tvdc5e/s320/malinkundang.pngSebagai anak seorang muslim, apakah yang kita lakukan / katakan terhadap orang tua kita sudah sesuai dengan apa yang diajarkan oleh Rasulullah. Berikut ini rangkuman dari buku karangan Drs. M. Thalib yang berjudul ” 20 Perilaku durhaka anak terhadap orang tua” . semoga infomasi ini dapat menambah wawasan dan memperbaiki perilaku kita terhadap setiap orang tua yang kita temui. #Amin
1. Berbicara dengan kata – kata kasar.
Tanda seseorang beradab adalah bertutur kata dengan kata – kata yang halus karena hal itu menunjukkan bahwa orangnya berbudi dan tahu kesopanan dan berjiwa halus. Terhadap orang yang lebih tua, seorang anak harus menunjukkan
Dari Ibnu ‘Amr, dari Nabi SAW bersabda : “Keridlaan ALLAH ada dalam keridlaan ayah bunda dan kemurkaan-Nya ada dalam kemurkaan mereka ” (HR. Thabarani)
Kata – kata kasar dan ucapan yang merendahkan terkadang berupa :
  • Bersuara tinggi atau keras ketika kita berbicara terhadap orang yang lebih tua
  • Menyuruh seseorang yang lebih tua dengan kata – kata yang kasar. Ex : meminta tolong tanpa mengatakan tolong “Bu, bukakan pintu”
  • Menyindir
  • Mengumpat
  • Mengata – ngatai seseorang yang lebih tua layaknya mengatai seorang pembantu
  • Membentak
2. Membuang muka
Membuang muka ketika berbicara dengan orang lain merupakan perilaku yang merendahakan lawan bicara dan cerminan dari sifat tinggi hati sang pendengar / pembicara yang memalingkan muka.
3. Duduk mendahului orang tua
Mendahulukan orang tua mengambil tempat duduk adalah hak orang tua yang harus dijunjung tinggi oleh anak dimana pun orang tua dan anak berada.
4. Menghardik
Menghardik berarti membentak atau melontarkan kata – kata dengan nada suara yang keras. Menghardik dimaksudkan untuk menakut – nakuti atau meluruskan sebuah kesalahan bila yang bersalah lebih muda dalam umur dan statusnya.
5. Berkacak pinggang di depan orang tua
Orang beradab tinggi selalu bersikap rendah hati terhadap orang lain. Salah satu tanda dari sikap tinggi hati adalah berkacak pinggang di hadapan orang lain karena merasa dirinya lebih hebat daripada orang lain. Berperasaan orang lain lebih rendah derajatnya atau hina daripada dirinya adalah suatu perbuatan yg sangat tercela dan dimurkai oleh ALLAH. Contoh merendahakan derajat orang lain adalah ” Saudara ini lulusan SD, apakah mungkin saudara mengerti benar dan salah dari perkara yang ada” .
6. Membelakangi
Penjelasan sama dengan perilaku “membuaang muka”
7. Merendahkan
Merendahkan dalam artian memandang orang lain lebih rendah derajatnya /  kurang di mata kita. Merendahkan bisa berupa ucapan maupun perbuatan. Contoh kasus anak yang merendahkan orang tua :
“Kalau tidak saya bantu setiap bulan, tentu ibu bapak tidak bisa hidup”
Ucapan tersebut jelas  – jelas merendahkan martabat orang tua karena memang sudah menjadi tanggung jawab serorang anak untuk membantu kehidupan ibu bapaknya.
8. Memaki
9. Mengingkari Nasab (garis keturunan)
Dari Sa’id bin Abu Waqqash, sesungguhnya Rasulullah saw bersabda : “Barang siapa menisbatkan dirinya kepada orang lain yang bukan bapaknya, padahal ia tahu bahwa orang itu bukan bapaknya, maka ia diharamkan untuk memasuki surga” (HR Bukhari dan Muslim)” .
Nasab adalah Garis keturunan orang tua , anak, dan keturunan yang lainnya. sedangkan yang dimaksud dengan mengingkari Nasab adalah seseorang yang menolak dirinya sebagai keturunan dari orang tuanya atau sebaliknya orang tua yang mengingkari anaknya sebagi keturunannya. Seburuk apapun orang tua , sejahat apapun orang tua berprilaku terhadap anak , kita sebagi garis keturunannya tidak boleh sedikitpun mengingkari Nasab.
10. Mengubah wasiat orang tua
QS. Al – Baqarah (2) Ayat 181 :
فَمَنْ بَدَّلَهُ بَعْدَمَا سَمِعَهُ فَإِنَّمَا إِثْمُهُ عَلَى الَّذِينَ يُبَدِّلُونَهُ إِنَّ اللَّهَ سَمِيعٌ عَلِيمٌ
Maka barang siapa yang mengubah wasiat itu, setelah ia mendengarnya, maka sesungguhnya dosanya adalah bagi orang-orang yang mengubahnya. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.(QS. 2:181)
Wasiat adalah pesan yang diberikan oleh orang tua atau seseorang semasa hidupnya untuk dilaksanakan oleh yang diberi pesan kelas sepeninggal pemberi wasiat. Orang tua sering kali meninggalkan pesan – pesan tertentu kepada anak dan keluarganya untuk kelak dilaksanakan oleh mereka sepeninggalnya.
11. Mengenyampingkan kepentingan orang tua.
12. Mengambil Harta orang tua tanpa hak
13. Menghina agama orang tua
14. Tidak mau mengurus orang tua yang telah lanjut usia
15. Melawan perintahnya
16. Pergi berjihad tanpa izin orang tua
17. Mendendam
18. Memasuki kamar pribadi orang tua pada 3 waktu terlarang tanpa izin
Firman Allah dalam QS. An-Nur : 58 dan 59:
(58): “Hai orang-orang yang beriman, hendaklah budak-budak (lelaki dan wanita) yang kamu miliki, dan orang-orang yang belum baligh di antara kamu, meminta izin kepada kamu tiga kali (dalam satu hari), yaitu: sebelum sembahyang subuh, ketika kamu menanggalkan pakaian (luar)-mu di tengah hari, dan sesudah sembahyang Isya’. (Itulah) tiga ‘aurat bagi kamu[1]. Tidak ada dosa atasmu dan tidak (pula) atas mereka selain dari (tiga waktu) itu[2]. Mereka melayani kamu, sebahagian kamu (ada keperluan) kepada sebahagian (yang lain). Demikianlah Allah menjelaskan ayat-ayat bagi kamu. dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.”
19. Membiarkan orang tua menjadi budak
Budak adalah sesorang yang dimiliki oleh orang lain laksana barang atau hewan yang kehilangan kebebasan atas dirinya dan tidak mempunyai kemauan bebas, sehingga dia hanya menjadi alat bagi kepentingan tuannya.
20. Membunuh
QS An – Nisaa’ 93 :
“Dan barangsiapa membunuh seorang mukmin dengan sengaja, maka balasannya ialah Jahannam. Ia kekal di dalamnya. Allah murka kepadanya, mengutukinya, dan menyediakan adzab yang besar baginya.”
Kesalahan Orang Tua Adalah Penyebab Anak Durhaka
Banyak faktor yang menjadi pemicu kedurhakaan seorang anak kepada orangtua. Namun jika kita telaah dengan baik, faktor utamanya adalah kesalahan orangtua dalam mendidik anak. Kesalahan tersebut bisa berupa kesalahan dalam menerapkan cara yang digunakan; seperti terlalu banyak aturan atau sikap orangtua yang terlalu keras dan kasar terhadap anak.
Sikap lemah lembut dan kasih sayang adalah modal utama dan kunci keberhasilan orangtua dalam mendidik anak. Inilah cara yang diajarkan Allah SWT kepada Rasulullah SAW dalam mendidik umatnya. Allah berfirman:
Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakal kepada-Nya.” (Ali Imran: 159).
 “Dan barangsiapa membunuh seorang mukmin dengan sengaja, maka balasannya ialah Jahannam. Ia kekal di dalamnya. Allah murka kepadanya, mengutukinya, dan menyediakan adzab yang besar baginya.”

Kesalahan Orang Tua Adalah Penyebab Anak Durhaka
Banyak faktor yang menjadi pemicu kedurhakaan seorang anak kepada orangtua. Namun jika kita telaah dengan baik, faktor utamanya adalah kesalahan orangtua dalam mendidik anak. Kesalahan tersebut bisa berupa kesalahan dalam menerapkan cara yang digunakan; seperti terlalu banyak aturan atau sikap orangtua yang terlalu keras dan kasar terhadap anak.
Sikap lemah lembut dan kasih sayang adalah modal utama dan kunci keberhasilan orangtua dalam mendidik anak. Inilah cara yang diajarkan Allah SWT kepada Rasulullah SAW dalam mendidik umatnya. Allah berfirman:
Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakal kepada-Nya.” (Ali Imran: 159).
Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa Rasulullah bersabda, “Kelembutan adalah hiasan bagi segala sesuatu.” (HR. Muslim, bab Al-Birru).
Dari Ibnu Umar disebutkan bahwa Rasulullah bersabda, “Sikap lemah-lembut dalam kehidupan berumahtangga pasti menghasilkan manfaat bagi penghuninya.” (Shahih Al-Jami’/1455)
Sikap lemah lembut dalam mendidik anak merupakan faktor yang sangat mendukung keberhasilan pendidikan anak. Orangtua selayaknya memahami bahwa anaknya bukanlah malaikat yang tidak pernah berbuat salah, dan bukan pula setan yang tidak memiliki sisi kebaikan.
Dalam bukunya Nasha`ih li Al-Abaa` Qabla ‘Uquq Al-Abnaa`, Prof. Sa’ad Karim menjelaskan, ketika seorang anak melakukan kesalahan, tidak selayaknya orangtua langsung memberikan hukuman yang bert. Yang harus dilakukan oleh orangtua adalah memberikan nasehat dan petunjuk, menjelaskan kesalahan sang anak dengan cara yang bijak, sambil memberikan keterangan tentang perilaku dan sikap yang benar. Setelah itu, memberikan bimbingan dan arahan.
Marwan bin Abi Hafshah, dalam salah satu bait syairnya pernah menyatakan:
Janganlah tergesa-gesa mencela sahabatmu
Siapa tahu dia punya alasan
Sementara kamu terlanjur mencelanya.
Salah seorang ulama yang merupakan pakar sosiologi, Ibnu Khaldun, pernah mengingatkan bahaya sikap keras dan kasar dalam pendidikan. Dia menjelaskan bahwa pendidikan yang didasari oleh sikap kasar dan keras seringkali menghasilkan manusia-manusia suka berbohong, munafik, dan memiliki kepribadian rapuh.
Ibnu Khaldun melanjutkan, jika seorang guru atau pembimbing bersikap kasar dan keras, sikap yang demikian seringkali mendorong anak didik menjadi pembohong dan suka memperlihatkan sesuatu yang berbeda dengan apa yang tersimpan. Hal itu dilakukan anak didik karena rasa takut terhadap sikap kasar dan keras sang pembimbing. Jika dia telah mengetahui cara melepaskan diri dari hukuman (baik dengan berbohong atau perilaku negatif lainnya), maka lama kelamaan sikap yang demikian akan menjadi kebiasaannya.
Dengan demikian, rusaklah potensi nilai-nilai kebaikan yang ada dalam dirinya. Jika telah demikian, dia akan menyandarkan segala kebaikan atas usaha orang lain dan hilanglah jiwa kemandirian dalam dirinya. Akhirnya, sang anak tumbuh menjadi manusia yang malas dan tidak bersemangat dalam melakukan kebaikan.
Mengomentari hal yang sama, Prof. Jamal Al-Kasyif menyatakan, “Seorang anak yang tumbuh dalam situasi dan kondisi yang keras dan kasar akan mengalami perkembangan mental tidak sehat. Pengaruh dan dampak buruknya bervariasi, bisa cepat bisa juga lambat.”
Seorang anak yang tumbuh dalam lingkungan yang penuh dengan kepercayaan, cinta, dan saling pengertian, jarang sekali bersikap khianat atau melanggar janji. Dia akan menjadikan kepercayaan sebagai sesuatu yang sangat penting dalam hidupnya. Dia akan tumbuh menjadi manusia yang mengusung kepercayaan diri, berterus terang, dan jujur.
Sebaliknya, teman-temannya yang tumbuh dalam situasi dan kondisi kasar dan keras, penuh dengan ketidakpercayaan dan keraguan akan tumbuh menjadi manusia pembohong, munafik, suka berkhianat, dan bersikap curang.
Dalam penjelasan selanjutnya, Ibnu Khaldun menekankan pentingnya peran orangtua, guru, dan para pendidik untuk bersikap lemah lembut dan menjadikan kasih sayang sebagai dasar dalam menerapkan pendidikan. Sikap yang demikian akan menghasilkan buah manis di kemudian hari. Dalam penjelasannya, dia juga mengatakan, “Seorang guru jangan bersikap keras terhadap anak didiknya dan orangtua jangan bersikap kasar kepada anak-anaknya.” (Lebih lanjut lihat: Muqaddimah, Ibnu Khaldun).
Pendidikan bukanlah sekadar rumus dan peraturan. Namun lebih dari itu, pendidikan adalah seni. Oleh karena itu, orangtua hendaknya mengetahui dasar-dasar pendidikan yang baik dan menerapkannya dengan cara yang bijak, sesuai petunjuk Al-Qur’an dan As-Sunnah. Sehingga kelak akan lahir generasi yang baik.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar