Selasa, 24 Maret 2015

Muslim Belajar PeDe




Sesungguhnya, generasi sahabat dan tabi’in sudah memberikan contoh kepada kita tentang kepercayaan diri yang sangat tinggi. Mereka begitu berani berhadapan dan berargumentasi dengan siapa saja, sampai Kepala Negara sekalipun. Mereka yakin dengan kebenaran yang dipegangnya, argumentasi yang dimilikinya serta kekuatan yang diberikan Allah kepada setiap muslim seperti mereka. Contoh pertama  adalah kisah yang terjadi pada zaman pemerintahan Umar bin Khattab. Dikisahkan pada suatu ketika amirul Mukminin Umar bin Khattab berlalu di sebuah jalan di kota Madinah. Disana terdapat anak-anak yang sedang bermain, dan diantara mereka ada seorang anak yang bernama Ibnu Zubair. Anak-anak itu lari karena takut kepada  Umar, kecuali Ibnu Zubair yang tinggal diam dan tidak ikut berlari bersama yang lain. Ketika Umar sampai kepada Ibnu zubair, Umar bertanya kepadanya, “Mengapa engkau tidak ikut berlari bersama mereka?”
Dengan segera Ibnu Zubair menjawab, “aku tidak bersalah, maka tidak perlu berlari darimu, dan jalanan ini tidak sempit, jadi aku tidak perlu memperluaskannya untukmu.”
Sunggu suatu jawaban yang keluar dari mulut seorang pemuda yang pe-de. Ia sama sekali tidak ragu apalagi minder untuk berhadapan dan berargumentasi dengan seorang Kepala Negara seperti Umar bin Khattab yang terkenal sangat tegas dan ditakuti oleh banyak orang.
Contoh kedua terjadi pada masa Khalifah Umar bin Abdul Aziz. Dikisahkan bahwa pada suatu ketika dia awal pemerintahan Umar bin Abdul Aziz, banyak utusan yang datang dari seluruh tanah air untuk mengucapkan selamat adanya sebagai Khallifah baru. Diantara utusan orang-orang Hijaz, tampillah seorang pemuda yang usianya belum lagi mencapai sebelas tahun untuk mewakili mereka untuk berbicara. Umar berkata padanya, “Kembalilah engkau dan suruhlah orang yang lebih tua dari kamu untuk berbicara.”
Mendengar perkataan khalifah ini, pemuda tersebut berkata, “Semoga Allah menguatkan Amirul Mukminin. Seseorang itu tergantung pada dua si kecil, yaitu hati dan lisannya. Jika Allah memberikan lisan yang mampu berbicara dengan hati yang terpelihara kepada seorang hamba, maka hamba ini berhak untuk berbicara. Dan jika yang dipersoalkan Amirul Mukminin adalah usia, maka sudah barang tentu di dalam umat ini ada orang yang lebih berhak daripada Engkau untuk memangku jabatan khalifah ini.”
Umar terkejut dengan jawaban tersebut,  sambil terkagum-kagum terhadap kehebatan pemuda kecil ini, Ia lalu mengucapkan syair:
“Belajarlah. Karena sesungguhnya sseorang itu tidak dilahirkan dalam keadaan pandai.
Dan tidak sama orang yang berilmu dengan orang yang bodoh.
Sesungguhnya pemimpin umat itu, apabila tidak mempunyai ilmu,
Maka ia adalah kecil, bila dia berada di arena pertemuan-pertemuan.”
Contoh ketiga terjadi pada masa Khalifah al Makmun. Dikisahkan bahwa seorang anak kecil berbicara di hadapan beliau, dan jawaban yang diberikan oleh anak kecil tersebut sungguh baik. Al Makmun bertanya kepadanya, “anak siapa engkau?”
Anak kecil tersebut menjawab, “Aku putra adab (sopan santun) Wahai Amirul Mukminin.”
Kemudian al Makmun mengatakan, “sungguh merupaan sebaik-baiknya keturunan.” Lalu al Makmun melantunkan syair:
“Jadilah engkau putra yang disukai orang,
Peganglah sopan santun supaya dipuji orang
Dan itu membuatmu tidak membutuhkan keturunan,
Sesungguhya pemuda itu berkata, “Inilah Aku!”
Dan tidak berkata, “Itu Dia Ayahku!”

Pada masa pemerintahan Hisyam bin Abdul Malik, musim kemarau yang panjang melanda dusun-dusun. Kemudian, datanglah orang Arab menghadap Hisyam, namun mereka takut untuk berbicara. Diantara mereka ada seorang anak kecil bernama Wirdas bin Habib. Hisyam melihat anak kecil itu kemudian berbicara, “Siapa yang ingin menghadapku, termasuk anak-anak kecil, kupersilahkan masuk.”
Anak kecil itu kemudian berkata, “Wahai Amirul Mukminin, kami telah tertimpa musibah selama tiga tahun berturut-turut. Tahun pertama lemak-lemak mencair, tahun kedua daging-daging habis dimakan, dan tahun ketiga tulang-tulang bersih dari sumsumnya. Sedangkan Engkau mempunya kelebihan harta. Jika harta-harta itu milik Allah, maka bagikanlah pada hamba-hamba-Nya. Jika harta itu milik mereka, atas dasar apa engkau menahannya dari mereka? Jika harta itu milikmu, maka serahkanlah kepada mereka. Karena sesungguhnya Allah memberikan balasan bagi orang-orang yang memberi sedekah dan tidak akan menyia-nyiakan pahala orang-orang yang berbuat kebaikan.”
Hisyam berkata, “Tidak ada alasan yang ditinggalkan anak ini bagi kita dalam setiap tahun itu.” Kemudian Hisyam memberikan bantuan kepada orang desa 100 dinr dan anak kecil itu menerima seratus ribu dirham. Anak kecil itu menjawab, “Kembalikanlah bagianku itu kepada orang-orang Arab wahai Amirul Mukminin, karena aku khawatir bagian itu tidak akan mencukupi bagian mereka.”
 “Apakah engkau tidak membutuhkan?” tanya Hisyam.
Anak kecil itu menjawab, “aku tidak mempunya kebutuhan khusus selain kebutuhan untuk seluruh kaum  muslimin.” Kemuadian anak kecil itu keluar, dan ia menjadi orang yang paling terhormat diantara kaum itu.
Berdasarkan kisah-kisah diatas, kita dapat menarik kesimpulan bahwa generasi sahabat, tabi’in dan generasi salaf merupakan generasi yang terdidik untuk percaya diri, yakin dengan dirinya, jauh dari sifat minder, penakut dan bergantung pada orang lain. Mereka biasa bersikap berani pada kebenaran, biasa mengikuti orang tuanya menghadiri majelis-majelis umum, berkunjung ke rumah teman-temannya, dan didorong untuk selalu berani berbicara.
Janganlah minder dengan usia Anda yang masih muda, karena sesungguhnya kekuatan itu diberikan oleh Allah SWT ketika kalian masih dalam usia muda. Manfaatkanlah usia muda kalian dengan berkarya terbaik untuk Islam dan kaum Muslimin. Rasulullah mengangkat Usamah bin Zaid radhiyallahu anhumenjadi komandan pasukan perang ketika usianya belum genap delapan belas tahun. Uttab bin Usaid dipercaya oleh Rasulullah menjaga kota Madinah yang ditinggal perang oleh kaum muslimin ketika beliau masih berusia dua puluh lima tahun. Iyas bin Mu’awiyah memimpin lebih dari empat ratus ulama dan beberapa tokoh penting lainnya untuk menghadap Khalifah al Mahdi ketika usianya delapan belas tahun. Yahya bin Aktsam diangkat menjadi hakim di Basrah ketika usianya belum genap dua puluh lima tahun. Abdullah bin Ziyad ditunjuk oleh Khalifah Mu’awiyah sebagai Gubernur di Khurasan ketika masih berumur dua puluh tiga tahun, sementara Mu’adz menjadi Guberbur Yaman ketika usianya belum sampai tiga puluh tahun. Maka apakah belum cukup hal ini memberikan keyakinan kepada diri Anda bahwa rasa percaya diri yang tinggi disertai dengan ilmu yang mantap akan membawa Anda ke puncak kesuksesan?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar